![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTmRl7O3I5Cl3Y4Jho_YhyrM9mQq8XVCGE9nKt6YW5PWaYMeT1ya1MOWekYFOrunLfQGPmJv4GecolPITXEIUB8fgKC6qIH8KCRTKQnqVIfjLGkDuRDsr4zxii874mv9r01pofI9JPrUo/s1600/PEDOFIL.jpg)
Para orang tua perlu mengetahui langkah-langkah berikut untuk melindungi anak dari kekerasan seksual.
Pendidikan seks sejak dini
Menurut Elly Risman, Psi., pemerhati masalah anak dari Yayasan Kita dan Buah Hati, sejak dini anak perlu diberikan keterampilan menjaga diri, kemampuan berpikir kritis dan membuat anak merasa berharga. Misal dari usia 0-5 tahun, orang tua bisa menjelaskan pada anak bahwa tubuhnya berharga dan perlu dilindungi. Jelaskan kepada anak tentang bagian tubuh yang vital serta fungsinya.
Selain itu, orang tua juga harus menjelaskan tentang jenis-jenis sentuhan seperti sentuhan halus penuh kasih sayang, memegang, meraba, mencekengkram dan sentuhan yang memaksa. Anak usia 5-7 tahun sudah bisa diajarkan tentang perbedaan orang asing, kenalan, teman, sahabat hingga kerabat. Anak 7-10 tahun harus dikenalkan tentang ketertarikan lawan jenis.
"Orang tua memegang peranan penting dalam melindungi anak dari kekerasan seksual. Jangan tabu untuk mengajarkan seks dini pada anak. Anak perlu tahu bagaimana melindungi tubuhnya. Pada usia 10-12 berikan batasan tegas penggunaan media sosial dan gawai," kata Elly Risman.
Ajarkan anak berani
Anak perlu dibekali keberanian. Tidak hanya berani tampil di depan banyak orang, tetapi juga berani menolak jika merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan. Serta berani menceritakan pengalaman buruk yang dialaminya.
Kompas melansir studi terbaru menunjukkan, anak-anak yang belajar tentang pencegahan tindak kekerasan di sekolah lebih sering melaporkan kekerasan yang dialami mereka sendiri dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diajarkan tentang hal tersebut.
Anak juga diajarkan untuk berani berteriak minta tolong jika mana ada orang asing yang memaksa pergi ke tempat tidak dikenal, menunjukkan alat vital dan meminta anak buka baju.
Jangan paksa bersalaman
Mengajarkan sopan santun pada anak penting. Namun, menurut Reza Indragiri Amriel, Master Psikologi Forensik, anak tidak perlu dipaksa untuk bersalaman ketika bertemu dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya.
Meskipun itu adalah teman atau orang terdekat orang tua namun jika anak belum pernah menjumpai atau mengenal adalah hal wajar kita anak menolak. Bukan artinya anak tidak sopan.
"Anak punya intuisi, maka hargailah itu. Hentikan memaksa anak bersalaman atau kontak fisik dengan orang yang baru dikenalnya," katanya.
Menurut Robin Sax, penulis buku Predators and Child Molesters, yang dikutip Parents, mengingatkan orang tua untuk mempercayai instuisi. "Jika, Anda tidak merasa nyaman dengan seseorang yang beraktivitas dengan anak Anda, jangan abaikan perasaan itu. Meskipun orang tersebut Anda kenal," kata Sax.
Parents Indonesia melaporkan, orang tua juga harus peka ketika melihat tanda-tanda fisik dari anak yang mengalami kekerasan seksual. Misal, anak sakit ketika buang air kecil atau tiba-tiba menjadi pemurung. Ajak anak untuk bisa terbuka dan menceritakan apa yang dialami.
Comments
Post a Comment